Profil Kota Palembang
Kota Palembang adalah salah satu kota besar di Indonesia yang juga merupakan ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya, sebelum kemudian berpindah ke Jambi.
Bukit Siguntang, di bagian barat Kota Palembang, hingga sekarang masih
dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di
masa lalu.
Palembang merupakan kota tertua di
Indonesia, hal ini didasarkan dari prasasti Kedukan Bukit yang
diketemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang
menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang
merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 682 Masehi[2]. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.
Kota ini diserang beberapa kali oleh
kekuatan asing, di mana kerusakan terparah terjadi saat penyerangan
pasukan Jawa tahun 990 dan invasi kerajaan Chola tahun 1025. Namun sekarang kota ini tengah berbenah dan semakin mempercantik diri untuk menjadi sebuah kota internasional.
Sejarah
Prasasti Kedukan Bukit
berangka 682 Masehi merupakan prasasti tertua yang ditemukan di
Palembang. Prasasti ini menceritakan adanya pasukan besar yang datang
dari Minanga Tamwan dengan perasaan suka cita. Sejarawan merujuk angka
pada prasasti ini sebagai hari lahir Sriwijaya, walaupun kemungkinan
Palembang telah menjadi ibukota kerajaan sebelum tahun tersebut.
Pada periode 850 - 1025 Masehi,
Palembang merupakan kota terkaya di Asia Tenggara, hal ini seiring
dengan kemakmuran perdagangan Kerajaan Sriwijaya. Selain menjadi pusat
perdagangan Timur Jauh, pada masa ini Palembang juga menjadi pusat
pengajaran agama Buddha. Para pelajar dari Tiongkok banyak singgah di kota ini untuk mempelajari agama Buddha sebelum melanjutkannya di India.
Pada tahun 990, Dharmawangsa dari Kerajaan Medang menyerang Palembang. Pada penyerangan ini istana kerajaan diserbu dan Palembang luluh lantak. Namun Culamanivarmadeva,
raja yang berkuasa ketika itu, dapat menguasai keadaan dan memukul
balik pasukan Jawa untuk kembali ke Medang. Palembang yang makmur itu
kembali mendapat serangan dari pihak asing. Rajendra Chola dari Kerajaan Chola
menjarah Palembang pada tahun 1025. Setelah menghancurkan Palembang dan
menawan rajanya, pasukan Chola menjarah harta kerajaan yang melimpah
ruah sebagai rampasan perang.
Dengan penyerangan ini situasi kerajaan tidak terkendali yang berakibat pindahnya ibukota Sriwijaya ke Jambi. Sejak kepindahan ini Palembang hanya menjadi kota pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing. [3]
Setelah keruntuhan Sriwijaya, tidak ada
kekuasaan besar yang mengendalikan kota. Pada masa itu di Palembang dan
sekitarnya bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti kelompok Panglima
Bagus Kuning di hilir Sungai Musi, kelompok Si Gentar Alam di daerah
perbukitan, kelompok Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai
Komering, kelompok Panglima Gumay di sepanjang Bukit Barisan, dan
sebagainya.[rujukan?] Selain itu beberapa pedagang Tiongkok menjadikan kota ini sebagai pangkalan perdagangan mereka. Orang Laut juga menjadikan Palembang sebagai markas mereka sebagai bajak laut.
Pada fase inilah muncul pangeran Sriwijaya yang terakhir, Parameswara. Setelah penyerangan Majapahit ke Palembang, Parameswara bersama Sang Nila Utama pergi melarikan diri ke Tumasik. Di sana ia membunuh gubernur Tumasik yang berkebangsaan Thai. Sewaktu pasukan Thai akan menyerang Tumasik, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka di Semenanjung Malaya, dan mendirikan Kerajaan Malaka. Parameswara memeluk Islam untuk menikahi putri Samudera Pasai dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah. Malaka berkembang pesat pada abad ke-15 sehingga Parameswara menjadi sebagai penguasa tunggal perairan Selat Malaka dan sekitarnya, bahkan Palembang akhirnya berada di bawah pengaruhnya.
Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting di balik hancurnya Majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar), dan Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah Kesultanan Demak
yang merupakan pengganti Majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak
lama kemudian berdiri pula Kesultanan Palembang Darussalam dengan
"Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman" sebagai
raja pertamanya. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim
peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat
perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah
satu raja yang paling terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris).
Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang
Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran
besar yang melibatkan Jendral de Kock,
Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa sultan setelah
Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyatakan menyerah kepada Belanda,
berusaha untuk memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan
pembumihangusan bangunan kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi
menjadi dua keresidenan besar, dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi
daerah Ilir dan Ulu.
Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai "Kota Wisata Air" pada tanggal 27 September 2005. Presiden
mengungkapkan bahwa Palembang dapat dijadikan kota wisata air seperti Bangkok di Thailand dan Phnom Penh di Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008".
Keadaan Geografis
Secara geografis, Palembang terletak
pada 2°59?27.99?LS 104°45?24.24?BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah
102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut.
Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas
Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Selain itu
di Palembang juga terdapat Sungai Musi, yang dilintasi Jembatan Ampera, yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.
Iklim Palembang merupakan iklim daerah
tropis dengan angin lembab nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3
km/jam - 4,5 km/jam. Suhu kota berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat
celsius. Curah hujan per tahun berkisar antara 2.000 mm - 3.000 mm.
Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89% dengan rata-rata penyinaran
matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian
kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi,
yaitu pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa
sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian
rata-rata antara 0 - 20 mdpl.
Pada tahun 2002 suhu minimum kota
terjadi pada bulan Oktober 22,70C, tertinggi 24,50C pada bulan Mei.
Sedangkan suhu maksimum terendah 30,40C pada bulan Januari dan tertinggi
pada bulan Sepetember 34,30C. Tanah dataran tidak tergenang air : 49 %,
tanah tergenang musiman : 15 %, tanah tergenang terus menerus : 37 %
dan jumlah sungai yang masih berfungsi 60 buah (dari jumlah sebelumnya
108) sisanya berfungsi sebagai saluran pembuangan primer.
Tropis lembab nisbi, suhu antara 220-320
celcius, curah hujan 22-428 mm/tahun, pengaruh pasang surut antara 3-5
meter, dan ketinggian tanah rata-rata 12 meter dpl. Jenis tanah kota
Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan
yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal
dengan lembah Palembang - Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat
yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang
digenangi air, terlebih lagi bila terjadi hujan terus-menerus.
Batas Wilayah- Sebelah Utara; dengan Desa Pangkalan Benteng, Desa Gasing dan Desa Kenten, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin.
- Sebelah Selatan; dengan Desa Bakung Kecamatan Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim.
- Sebelah Barat; dengan Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin.
- Sebelah Timur; dengan Balai Makmur Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin.
0 komentar:
Posting Komentar